Tet..tet..tet..tet… bel sekolah Ilma
berbunyi dengan kencang sekali, pertanda KBM telah usai. Ilma yang kelelahan
segera mengemasi buku-bukunya dan hendak kembali ke kos. Disaat dia sedang
mengemasi barang-barangnya, handphone-nya pun berbunyi. Dilihat layar
handphone-nya itu. Terdapat sebuah sms dari salah seorang teman
seorganisasinya. “Il, jangan lupa jam 13.30 kita harus mengurus undangan untuk
senior”. Ilma terperanjat melihat sms dari temannya itu. Dia lalu melihat jam
tangan yang selalu melingkar manis di tangannya. “aduh, udah jam 13.25, berarti
sebentar lagi acara itu dimulai”, kata Ilma dengan tergesa. Segera ia berlari
menuju basecamp tempat organisasinya berkumpul. Sesampainya disana, dia segera
berkecimpung membantu teman-temannya menulis undangan.
Tak
terasa sore pun mulai datang. Ilma masih bergelut dengan surat-surat undangan
yang akan dikirim hari itu juga. “Alhamdulillah, akhirnya selesai juga.
Sekarang tinggal mengirim saja” kata Ilma dengan lega. Sekitar pukul 16.30 Ilma
dan salah seorang temannya yang bernama Anas, siap untuk berangkat mengantar
undangan ke salah satu kantor pos di daerah itu. Mereka berdua sudah siap
dengan motor mereka masing-masing. “anas, nanti jangan kenceng-kenceng ya naik
motornya. Aku takut kalau aku nggak bisa ngikuti kamu” kata Ilma dengan nada
cemas. Maklumlah Ilma masih baru di daerah itu. Gadis berkacamata ini memang
bukan berasal dari Solo, melainkan dari Blora. “iya il, ayo cepat berangkat
nanti keburu maghrib” kata Anas.
Saat
itu Ilma tak mengenakan kacamatanya, sehingga pandangannya menjadi terbatas.
Dia hanya focus pada warna jaket dan lampu belakang sepeda motor Anas. Akhirnya
mereka pun sampai di tempat yang dituju. Setelah mengurus beberapa syarat
pengiriman di kantor pos, mereka segera kembali pulang. Ketika mereka pulang,
hari sudah mulai gelap. Hal ini menjadi kendala bagi Ilma yang tak memakai
kacamata pada waktu itu. Sejauh ini Ilma masih dapat mengikuti laju motor Anas,
hingga pada suatu pertigaan Ilma mulai kehilangan jejak Anas. “aduh, mana nih Anas?
Kok motornya udah nggak kelihatan. Kira-kira dia tadi belok atau lurus ya?”
kata Ilma menerka-nerka. “yaudah, lurus ajalah, sapa tau ini bener jalan
pulang” kata Ilma di dalam hati. Setengah jam pun berlalu dan Ilma masih tetap
belu sampai rumah. Ketika di lampu merah Ilma melihat jam tangannya. “udah jam
17.30. bentar lagi maghrib nih. Harus cepat sampai kos” katanya dalam hati.
Ilma
tetap memacu motornya, hingga dia teringat kata-kata ibunya. “kalau menjelang
malam, hantu-hantu pada bermunculan. Makanya, kamu jangan main hingga malam”
kata-kata ibunya terngiang di telinganya. Lamunannya tersadar ketika motor yang
dikendarainya melewati jalan yang terjal dan sangat gelap. Ilma hanya diterangi
oleh lampu motornya. Bau bunga-bungaan mulai merasuk hidungnya. “bau apa ini?
Kok baunya seperti bunga di pemakaman.” Kata Ilma was-was. “jangan-jangan aku
sekarang berada di…..” kata ilma tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dengan
rasa takut yang menyelimutinya, dia memberanikan diri untuk lebih mengamati
daerah sekitarnya. Dia pun mulai menyipitkan mata agar pandangannya lebih
jelas. Ilma pun mulai melihat gundukan-gundukan tanah berada dimana-mana dan
dilengkapi dengan nisan di atasnya. Ilma mulai memacu motornya lebih cepat
lagi.
Ketika
dia melewati sebuah pohon beringin besar tiba-tiba ada sesosok wanita yang memakai
pakaian serta putih dan rambut panjang yang tergerai. Wanita itu mengeluarkan
suara tawa yang sangat menakutkan. Ilma semakin ketakutan. Dia mulai membaca
semua ayat-ayat Al-Qur`an yang dia bisa dan berdoa kepada Allah agar diberi
jalan keluar dari tempat itu. tiba-tiba saja lampu motor Ilma mati. Dia baru
ingat beberapa hari yang lalu ayahnya menelepon agar segera mengganti aki motorya
karena sudah mau habis. “aduuuh, lampu motor pakai acara mati segala lagi.
Lengkap sudah penderitaanku” kata Ilma menggerutu.
Dengan
kondisi lampu motor seperti itu, Ilma tidak dapat memacu motornya dengan cepat.
Suasana pun menjadi bertambah tegang dan menakutkan. Bulu kuduk Ilma semakin
berdiri dan hawa dingin pun mulai menyelimutinya. Tiba-tiba di kejauhan
terdapat nyala api yang sangat kecil. “mungkinkah itu nyala dari sebuah rokok?
Tapi mana mungkin di tempat seperti ini ada orang yang meumpang merokok.” kata
Ilma menerka-nerka. Ketika Ilma menlewati nyala api itu, tiba-tiba terdengar
sesuatu. “sedang apa disini dek? Adek tersesat ya?” kata sosok yang tak
terlihat wujudnya karena kondisi yang sangat gelap itu. Dengan rasa takut Ilma
mulai menjawab, “iya, kalau boleh saya tahu dimana ya jalan keluar dari tempat
ini?”. Lalu sosok itu mulai menjelaskan jalan keluar dengan suara yang rendah. Pembicaraan
Ilma dengan sosok yang misterius itu hanya ditemani oleh cahaya dari nyala api
rokok. “terima kasih” kata Ilma setelah mendapat penjelasan dari sosok tadi.
Setelah
hampir 2 jam Ilma tersesat di pemakaman umum, dia pun berhasil menemukan jalan
raya tempat dia berpisah dengan Anas tadi sore. Perutnya mulai keroncongan
minta diisi. Ilma pun memutuskan berhenti sejenak untuk makan di warung pinggir
jalan. Dia pun mulai bertanya kepada sang penjual tentang pemakaman yang telah
ia jelajahi tadi. Ternyata pemakaman itu memang angker dan sering membuat orang
yang masuk ke pemakaman itu pada malam hari tidak bisa keluar. Ilma pun
bersyukur kepada Allah karena telah menyelamatkannya.
Pukul
21.00 akhirnya Ilma sampai di kos. Dia bergegas mandi dan beristirahat. Dia
sangat bersyukur dapat kembali ke kos dengan selamat. Sebenarnya di dalam hati
kecilnya, masih terbesit sebuah pertanyaan yang mengusiknya. “siapa ya sosok
misterius tadi? Mungkinkah dia seorang manusia? Atau sesosok…..” kata Ilma tak
mampu melanjutkan perkataannya. Ilma pun memutuskan untuk melupakan kejadian
hari ini dan segera beranjak tidur.
1 komentar:
.
menakutkan
DAPET REJEKI NOMPLOK
KENANGAN ITU BERMUNCULAN KEMBALI
AKU PERGI DULU SAYANG, MUNGKIN KU TAKKAN KEMBALI
.
Posting Komentar